Bolehkah aku berharap pada malam, yang purnamanya menggantung sendu di ujung ranting yang menua. Cerita tentang surga yang hilang dan tanah-tanah yang semakin merekah kekeringan. Bolehkah aku menatap bulan yang terpenggal, mengajaknya bersenandung tentang riuh rendah dunia yang tak lebih merdu dari kreretekan dahan-dahan kering tergulung angin. Di sini terlalu sepi tak ada yang meratapi, semua terlalu sibuk dengan ceritanya sendiri-sendiri. Lupa kami, lupa waktu......
|
Dimana ni mas??
BalasHapusIni masih di Kupang, tepatnya di belakang Pohon Duri ke kanan.. :-)
Hapusbagus puisinya mas, enak dibaca2 kalau pas lagi galau ini
BalasHapusYang penting jangan sering galau aja ya... =))
Hapus